Terimah kasih sudah mau mengunjungi blog saya
Laporan ini saya dapatkan di tugas tugas kuliah saya
Semoga bermanfaat
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU NUTRISI
TERNAK
JUDUL
: Analisis Proksimat
PENDAHULUAN
A. Dasar
teori
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang
dapat dimakan dan dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan
ternak yang memakannya. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk
pertumbuhan maupun untuk mempertahankan hidupnya. Fungsi lain dari pakan adalah
untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan, agar ternak dapat tumbuh
sesuai dengan yang diharapkan. Pakan yang diberikan pada ternak harus
mengandung nutrien yang dapat memenuhi kebutuhan ternak. Analisis proksimat
merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan-kandungan nutrien yang ada
di dalam bahan pakan. Analisis proksimat digunakan untuk mengetahui kandungan
air, abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) yang terkandung dalam bahan pakan.
B. Manfaat
dan tujuan
Manfaat dari praktikum ini adalah
mahasiswa dapat melakukan analisis bahan pakan menggunakan metode analisis
proksimat
Tujuan dari Praktikum Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum adalah agar mahasiswa terampil dalam melakukan analisis
proksimat.
TINJAUAN PUSTAKA
a.
Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan metode yang tidak menguraikan kandungan
nutrien secara rinci, namun berupa nilai perkiraan (Soejono, 1990). Metode ini
dikembangkan oleh Henneberg dan Stockman dari Weende Experiment Station di
Jerman pada tahun 1865 (Tillman et al., 1991).
Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total,
air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk
kandungan mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten) (Sudarmadji et
al., 1996). Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia dalam buah-buahan
dan produk hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai metode diantaranya
kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom absorpsi, kromatografi cair
kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak (Winarno, 1997).
b.
Air
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila
bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105⁰C. Bahan
kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu
bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 1994). Kadar air
adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan
berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode pengeringan
melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi
beberapa makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang
mudah terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).
c.
Abu
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu ditentukan dengan
cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600oC
sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik
yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang
dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan
organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah
terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama
pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan
inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif
(Anggorodi, 1994).
d.
Serat Kasar
Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa
tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994).
Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang dapat merangsang pertumbuhan
alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar
dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998).
Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak
ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya
mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991). Langkah pertama metode
pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut
dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali
dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak
larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).
e.
Lemak Kasar
Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode
soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Soejono,
1990). Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni. Selain
mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam
organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan
lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994). Penetapan kandungan lemak
dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut. Fungsi dari n heksan adalah
untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna
dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).
f.
Protein Kasar
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam
penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan
kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25.
Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen.
Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada
asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan
merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan
kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen
protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990). Menurut Siregar (1994)
senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh
mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya.
Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh
ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga
rendah. Jika nilai hayati protein dari makanan sangat tinggi maka ada
kemungkinan protein tersebut didegradasi di dalam rumen menjadi protein
berkualitas rendah.
g.
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
(BETN)
Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen
lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah
abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan
itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990). BETN merupakan
karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida
yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang
tinggi (Anggorodi, 1994).
MATERI
DAN METODE
1. Waktu
dan tempat
Waktu yang saya
gunakan untuk praktimum ini yaitu pada hari senin sampai selasa 8 desember
2012, bertempat di lab fakultas peternakan universitas samratulangi manado.
2. Alat
yang digunakan
Adapun alat-alat
yang saya gunakan dalam praktikum ini yaitu :
a. Penetapan
Kadar Air
Alat yang
digunakan :
o
Cawan porselin
o
Neraca analitik
o
Gegep
o
Oven
o
Desikator
b. Penetapan
kadar abu
Alat yang
digunakan :
o Cawan
porselin
o Gegep
tanur listrik
o Desikator
o Neraca
analitik
c. Penetapan
kadar protein kasar
Alat
yang digunakan :
o
Labu khjedhal 100 ml
o
Labu ukur 100 ml
o
Labu semprot
o
Alat penyuling nitrogen
dengan kelengkapannya
o
Pemanas listrik
o
Lemari asam
o
Buret asam pompa
pengisap Erlenmeyer
d. Penetapan
kadar lemak
Alat yang
digunakan :
Tabung
yang berskala 100 ml Oven
Corong
Desikator
Pipet
skala 5 cc Pipet
pengisap
Cawan
porselin Gegep
Neraca
analitik
e. Penetapan
kadar serat kasar
Alat yang
digunakan :
Neraca
analitik pompa
vakum
Oven alat pemanas
air
Tanur
listrik gelas
piala
Sintered
glass no 1 desikator
Tabung
reaksi bertutup gegep
Gelas
ukur
3. Bahan
yang digunakan
a. Penetapan
kadar protein kasar
Bahn kimia yang
digunakan :
H2SO4
Campuran selenium
H3BO3
2% Pekat larutan asam sulfat atau
HCL 0, 0222 N
b.
Penetapan kadar lemak
Bahan kimia yang
digunakan :
o Chloroform
atau pelarut lemak lain
c.
Penetapan serat kasar
Bahan
yang digunakan :
o H2SO4
0,3 N
o NaOH
1,5 N
o Alcohol
teknis
4. Prosedur
kerja
a. Penetapan
kadar air
Cara kerja :
o
Cawan perselin yang
telah bersih di oven pada suhu 105 0C selama 2 jam.
o
Dinginkan dalam
desikator selama ½ jam kemudian di timbang (a gram)
o
Ke dalam cawan porselin
ditimbang lebih kurang 1 gram contoh (cawan porselin + contoh = b gram)
o
Ovenkan pada suhu 105
0c selama 8 jam atau di biarkan bermalam dinginkan dalam desikator selama ½ jam
kemudian timbang (c gram)
b.
Penentuan kadar abu
Cara
kerja :
o Cawan
porselin beserta contoh dalam penetapan kadar air dimasukkan kedalam tanur
listrik
o Suhunya
diatur menjadi 600 0C kemudian dibiarkan 3 jam sampai menjadi abu
betul ( untuk mempercepat proses pengabuan sekali-kali tanur dibuka
o Dibiarkan
agak dingin kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama ½ jam
o Timbang
(d gram)
c. Penetapan
kadar protein
Cara
kerja :
o Timbang
dengan tegramliti lebih kurang 0,5 gram contoh
o Masukan
kedalam labu khjedhal 100 ml
o Tambahkan
lebih kurang 1 gram campuran selenium dan 10 ml H2SO4 pekat
teknik
o Labu
khjedhal bersama isinya digoyangkan sampai semua contoh terbatasi dengan H2SO4
o Destruksi
dalam lemari asam sampai jernih
o Biarkan
dingin kemudian tuang dalam labu ukur 100 ml di bilas dengan air suling.
o Biarkan
dingin kemudian impitkan pada tanda garis dengan air suling
o Siapkan
penampung yang terdiri dari 10 ml H3BO3 2% + 4 tetes
larutan indicator campuran dalam Erlenmeyer 100 ml
o
Pipet 5 ml larutan naoh
30 % dan 100 ml air suling
o
Suling hingga volume
penampung menjadi lebih kurang 50 ml
o
Bilas ujung penyuling
dengan air suling kemudian penampung bersama isinya dititrasi dengan larutan
hcl atau H2SO4 0,0222
d. Penetapan
kadar lemak
Cara kerja :
o
Timbang lebih kurang
0,5 gram contoh
o
Masukkan ke dalam
tabung reaksi berskala 10 ml
o
Tambahkan chloroform
mendekati skala
o
Tutup rapat kemudian
kocok dan biarkan bermalam
o
Impitkan dengan tanda
skala 10 ml dengan pelarut lemak yang sama (pakai pipet)
o
Kocok sampai homogen
o
Saring dengan kertas
tissue ke dalam tabung reaksi
o
Pipet 5 cc ke dalam
cawan yang telah diketahui beratnya (a gram)
o
Ovenkan pada suhu 100 0C
selama 3 jam
o
Masukkan ke dalam
desikator lebih kurang 30 menit
o
Kemudian timbang (b
gram)
e.
Penetapan kadar serat
kasar
Cara
kerja :
o Timbang
lebih kurang 0,4 gram contoh ke dalam tabung reaksi tertutup
o Tambah
30 ml H2SO4 0,3 N
o Ekstraksi
dalam air mendidih selama 30 menit
o Tambah
15 ml naoh 1,5 n
o Ekstraksi
dalam air mendidih selama 30 menit
o Saring
ke dalam sintered glass no 1 sambil diisap dengan pompa vakum
o Cuci
berturut-turut dengan 50 cc air panas, 50 cc h2SO4 0,3 N,
50 cc air panas dan 50 cc alcohol
o Keringkan
dalam oven 8 jam atau biarkan bermalam
o Dinginkan
dalam desikator selama ½ jam kemudian timbang (a gram)
o Biarkan
dingin kemudian masukan dalam desikator selama ½ jam di timbang ( b gram)
C. Hasil
dan pembahasan
Pengenalan
bahan
Terimah kasih sudah mau mengunjungi blog saya
Laporan ini saya dapatkan di tugas tugas kuliah saya
Semoga bermanfaat
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU NUTRISI
TERNAK
JUDUL
: Analisis Proksimat
PENDAHULUAN
A. Dasar
teori
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang
dapat dimakan dan dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan
ternak yang memakannya. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk
pertumbuhan maupun untuk mempertahankan hidupnya. Fungsi lain dari pakan adalah
untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan, agar ternak dapat tumbuh
sesuai dengan yang diharapkan. Pakan yang diberikan pada ternak harus
mengandung nutrien yang dapat memenuhi kebutuhan ternak. Analisis proksimat
merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan-kandungan nutrien yang ada
di dalam bahan pakan. Analisis proksimat digunakan untuk mengetahui kandungan
air, abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) yang terkandung dalam bahan pakan.
B. Manfaat
dan tujuan
Manfaat dari praktikum ini adalah
mahasiswa dapat melakukan analisis bahan pakan menggunakan metode analisis
proksimat
Tujuan dari Praktikum Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum adalah agar mahasiswa terampil dalam melakukan analisis
proksimat.
TINJAUAN PUSTAKA
a.
Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan metode yang tidak menguraikan kandungan
nutrien secara rinci, namun berupa nilai perkiraan (Soejono, 1990). Metode ini
dikembangkan oleh Henneberg dan Stockman dari Weende Experiment Station di
Jerman pada tahun 1865 (Tillman et al., 1991).
Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total,
air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk
kandungan mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten) (Sudarmadji et
al., 1996). Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia dalam buah-buahan
dan produk hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai metode diantaranya
kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom absorpsi, kromatografi cair
kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak (Winarno, 1997).
b.
Air
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila
bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105⁰C. Bahan
kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu
bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 1994). Kadar air
adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan
berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode pengeringan
melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi
beberapa makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang
mudah terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).
c.
Abu
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu ditentukan dengan
cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600oC
sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik
yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang
dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan
organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah
terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama
pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan
inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif
(Anggorodi, 1994).
d.
Serat Kasar
Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa
tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994).
Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang dapat merangsang pertumbuhan
alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar
dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998).
Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak
ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya
mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991). Langkah pertama metode
pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut
dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali
dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak
larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).
e.
Lemak Kasar
Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode
soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Soejono,
1990). Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni. Selain
mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam
organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan
lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994). Penetapan kandungan lemak
dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut. Fungsi dari n heksan adalah
untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna
dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).
f.
Protein Kasar
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam
penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan
kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25.
Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen.
Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada
asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan
merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan
kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen
protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990). Menurut Siregar (1994)
senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh
mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya.
Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh
ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga
rendah. Jika nilai hayati protein dari makanan sangat tinggi maka ada
kemungkinan protein tersebut didegradasi di dalam rumen menjadi protein
berkualitas rendah.
g.
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
(BETN)
Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen
lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah
abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan
itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990). BETN merupakan
karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida
yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang
tinggi (Anggorodi, 1994).
MATERI
DAN METODE
1. Waktu
dan tempat
Waktu yang saya
gunakan untuk praktimum ini yaitu pada hari senin sampai selasa 8 desember
2012, bertempat di lab fakultas peternakan universitas samratulangi manado.
2. Alat
yang digunakan
Adapun alat-alat
yang saya gunakan dalam praktikum ini yaitu :
a. Penetapan
Kadar Air
Alat yang
digunakan :
o
Cawan porselin
o
Neraca analitik
o
Gegep
o
Oven
o
Desikator
b. Penetapan
kadar abu
Alat yang
digunakan :
o Cawan
porselin
o Gegep
tanur listrik
o Desikator
o Neraca
analitik
c. Penetapan
kadar protein kasar
Alat
yang digunakan :
o
Labu khjedhal 100 ml
o
Labu ukur 100 ml
o
Labu semprot
o
Alat penyuling nitrogen
dengan kelengkapannya
o
Pemanas listrik
o
Lemari asam
o
Buret asam pompa
pengisap Erlenmeyer
d. Penetapan
kadar lemak
Alat yang
digunakan :
Tabung
yang berskala 100 ml Oven
Corong
Desikator
Pipet
skala 5 cc Pipet
pengisap
Cawan
porselin Gegep
Neraca
analitik
e. Penetapan
kadar serat kasar
Alat yang
digunakan :
Neraca
analitik pompa
vakum
Oven alat pemanas
air
Tanur
listrik gelas
piala
Sintered
glass no 1 desikator
Tabung
reaksi bertutup gegep
Gelas
ukur
3. Bahan
yang digunakan
a. Penetapan
kadar protein kasar
Bahn kimia yang
digunakan :
H2SO4
Campuran selenium
H3BO3
2% Pekat larutan asam sulfat atau
HCL 0, 0222 N
b.
Penetapan kadar lemak
Bahan kimia yang
digunakan :
o Chloroform
atau pelarut lemak lain
c.
Penetapan serat kasar
Bahan
yang digunakan :
o H2SO4
0,3 N
o NaOH
1,5 N
o Alcohol
teknis
4. Prosedur
kerja
a. Penetapan
kadar air
Cara kerja :
o
Cawan perselin yang
telah bersih di oven pada suhu 105 0C selama 2 jam.
o
Dinginkan dalam
desikator selama ½ jam kemudian di timbang (a gram)
o
Ke dalam cawan porselin
ditimbang lebih kurang 1 gram contoh (cawan porselin + contoh = b gram)
o
Ovenkan pada suhu 105
0c selama 8 jam atau di biarkan bermalam dinginkan dalam desikator selama ½ jam
kemudian timbang (c gram)
b.
Penentuan kadar abu
Cara
kerja :
o Cawan
porselin beserta contoh dalam penetapan kadar air dimasukkan kedalam tanur
listrik
o Suhunya
diatur menjadi 600 0C kemudian dibiarkan 3 jam sampai menjadi abu
betul ( untuk mempercepat proses pengabuan sekali-kali tanur dibuka
o Dibiarkan
agak dingin kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama ½ jam
o Timbang
(d gram)
c. Penetapan
kadar protein
Cara
kerja :
o Timbang
dengan tegramliti lebih kurang 0,5 gram contoh
o Masukan
kedalam labu khjedhal 100 ml
o Tambahkan
lebih kurang 1 gram campuran selenium dan 10 ml H2SO4 pekat
teknik
o Labu
khjedhal bersama isinya digoyangkan sampai semua contoh terbatasi dengan H2SO4
o Destruksi
dalam lemari asam sampai jernih
o Biarkan
dingin kemudian tuang dalam labu ukur 100 ml di bilas dengan air suling.
o Biarkan
dingin kemudian impitkan pada tanda garis dengan air suling
o Siapkan
penampung yang terdiri dari 10 ml H3BO3 2% + 4 tetes
larutan indicator campuran dalam Erlenmeyer 100 ml
o
Pipet 5 ml larutan naoh
30 % dan 100 ml air suling
o
Suling hingga volume
penampung menjadi lebih kurang 50 ml
o
Bilas ujung penyuling
dengan air suling kemudian penampung bersama isinya dititrasi dengan larutan
hcl atau H2SO4 0,0222
d. Penetapan
kadar lemak
Cara kerja :
o
Timbang lebih kurang
0,5 gram contoh
o
Masukkan ke dalam
tabung reaksi berskala 10 ml
o
Tambahkan chloroform
mendekati skala
o
Tutup rapat kemudian
kocok dan biarkan bermalam
o
Impitkan dengan tanda
skala 10 ml dengan pelarut lemak yang sama (pakai pipet)
o
Kocok sampai homogen
o
Saring dengan kertas
tissue ke dalam tabung reaksi
o
Pipet 5 cc ke dalam
cawan yang telah diketahui beratnya (a gram)
o
Ovenkan pada suhu 100 0C
selama 3 jam
o
Masukkan ke dalam
desikator lebih kurang 30 menit
o
Kemudian timbang (b
gram)
e.
Penetapan kadar serat
kasar
Cara
kerja :
o Timbang
lebih kurang 0,4 gram contoh ke dalam tabung reaksi tertutup
o Tambah
30 ml H2SO4 0,3 N
o Ekstraksi
dalam air mendidih selama 30 menit
o Tambah
15 ml naoh 1,5 n
o Ekstraksi
dalam air mendidih selama 30 menit
o Saring
ke dalam sintered glass no 1 sambil diisap dengan pompa vakum
o Cuci
berturut-turut dengan 50 cc air panas, 50 cc h2SO4 0,3 N,
50 cc air panas dan 50 cc alcohol
o Keringkan
dalam oven 8 jam atau biarkan bermalam
o Dinginkan
dalam desikator selama ½ jam kemudian timbang (a gram)
o Biarkan
dingin kemudian masukan dalam desikator selama ½ jam di timbang ( b gram)
C. Hasil
dan pembahasan
Pengenalan
bahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar